Selasa, 20 Maret 2012

Analisis Semiotika pada Puisi


 
“ Celurit Emas ”
Roh – roh bebunga yang lalu sebelum semerbak itu
mengadu ke hadapan celurit yang ditempa dari
jiwa, celurit itu hanya mampu berdiam, tapi ke-
tika tercium bau tangan
                            yang
                            pura – pura mati dalam terang
                            dan
                            bergila dalam gelap
ia jadi mengerti : wangi yang menunggunya di se-
berang. Meski ia menyesal namun gelombang masih
ditolak singgah ke dalam dirinya.
nisan – nisan tak bernama bersenyuman karena ce-
lurit itu akan menjadi taring langit, dan mata-
hari akan mengesahkannya pada halaman – halaman ki-
tab suci.
celurit ini punya siapa?
Amin!
                                                            ( Zawawi Imron )


Semiotika, yang biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda (the study of signs), pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu sistem apa pun yang memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna (Scholes, 1982: ix). Menurut Charles S. Pierce (1986: 4), maka semiotika tidak lain sebuah nama lain bagi logika. Sedangkan Ferdinand de Saussure (1966: 16), semiologi adalah sebuah ilmu umum tentang tanda,” suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat”.
Menurut Riffatere, sebuah teks member peluang bagi pemaknaan unsur-unsur bahasa yang tidak bermakna seandainya berada di luar teks (puisi) tersebut. Puisi tidak menyatakan makna puisi secara langsung.
Zaenal Imron merupakan sastrawan yang lahir di lahir di Batang-batang, Sumenep, Madura. Dalam karyanya yang berjudul “Celurit Emas” sangat identik dengan latar belakang masyarakat Madura karena di Madura sangat erat dengan kaitannya celurit, di sisi lain celurit melambangkan keberanian khususnya kaum laki-laki. Puisi yang berjudul “Celurit Emas” terdapat beberapa kata yang masih terikat dengan logat Madura misalnya saja bebunga. Dari segi pemahaman puisi “Celurit Emas” menurut jenis imajinatifnya ia tergolong sastra imajinatif maksudnya lebih menekankan penggunaan bahasadalam artinya konotatif (banyak arti). Sastra  imajinatif lebih bersifat khayali, menggunakan bahasa yang konotatif, dan memenuhi syarat-syarat estetika seni. Dalam puisi “Celurit Emas” termasuk jenis puisi yang ekspresif karena menonjolkan ekspresi pribadi penyairnya (sang penyair berlatar belakang Madura) puisi ini lebih menujukkan makna-makna kata yang kadang“sulit” dicerna.
Puisi yang berjudul “Celurit Emas” memiliki gaya bahasa tersendiri yaitu memiliki gaya bahasa hiperbola yang artinya mengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal (misal kan roh-roh bebunga yang lalu sebelum semerbak itu), selain itu memiliki gaya bahasa personifikasi “ Jiwa, celurit hanya mampu berdiam,tapi ketika tercium bau tangan...” seolah-olah celurit tersebut memiliki tingkah laku seperti manusia. Ternyata masih memiliki gaya bahasa yang lain yaitu Antropomorfisme yaitu metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia contohnya dalam puisi ini “ nisan-nisan tak bernama bersenyuman” hal ini menggambarkan bahwa nisan-nisan ini berhubungan dengan hal yang bukan manusia sedangkan bersenyuman merupakan hal dari manusia itu sendiri. Dan juga memiliki gaya bahasa ekskalamasio yaitu ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru ( terdapat pada kata terakhir “Amin !”).
Puisi yang berjudul “Celurit Emas” ini  banyak menggunakan arti Makna konotasi. Makna konotasi merupakan makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan. Dalam puisi “Celurit Emas” dapat ditemukan dalam kalimat ”mengadu kehadapan celurit yang ditempa dari Jiwa,celurit itu hanya mampu berdiam.tapi ketika tercium bau tangan...” hal tersebut dapat diartikan bahwa Celurit pada puisi ini mengandung arti ilmu, yang dimana ditempa dari jiwa manusia, dan hanya dapat menuruti kehendak “tuannya” yakni seseorang yang memilliki ilmu, tergantung bagaimana dia menggunakan ilmunya tersebut.
Pada kalimat yang pura – pura mati dalam terang dan bergila dalam gelap memiliki arti-an bahwa seseorang tersebut berusaha mencuri ilmu pengetahuan yang ada, karena mencuri atau melakukan perbuatan tidak baik lainnya, hanya bisa dilakukan dalam kegelapan dan dimana tidak ada seorang pun yang tahu. Atau disaat orang-orang terlelap kemudian menjadi pengecut atau pura – pura mati dalam terang.
“Celurit Emas” sering diartikan memiliki makna “religius” dalam hal ini terdapat kata Amin dalam akhir puisi, selain itu dalam kalimat terkhir yang bertuliskan “...karena celurit itu akan menjadi taring langit, dan matahari akan mengesahkan pada halaman-halaman kitab suci” memiliki suatu makna yaitu “celurit” dilambangkan bukan sebagai celurit yang sebenarnya melainkan sebuah pedoman dalam menjalani hidup, tetapi dalam hal ini kitab suci yang dimaksud adalah buku-buku yang memiliki banyak ilmu pengetahuan.
 Dan ada juga pada kalimat terakhir “celurit itu punya sapa?” seolah-olah celurit itu hanya sebuah simbol kereligiusan dalam hal ini tersambung dengan kata terakhir “amin !”. Namun apabila pembaca lebih mencermati apa yang dimaksud puisi ini, bahwa ilmu pengetahuan bergantung bagaimana kita mengamalkannya. Karena celurit bagaikan pisau bermata ganda, dimana dekat dengan apa yang disebut “Carok” dalam bahasa Madura, yang mengandung pengertian negatif, karena dapat mematikan. Namun di sisi lain, Celurit merupakan budaya khas Madura, dimana sebagai simbol dalam masyarakatnya karena banyak dirumah-rumah Madura yang menyimpan Celurit, namun hanya sebagai hiasan dan budaya asli yang harus dilestarikan nantinya. Karena Celurit memiliki filosofi tersendiri bagi orang Madura.
Sedangkan maksud dari kalimat nisan – nisan tak bernama bersenyuman adalah kebodohan yang terlalu dangkal dalam memahami makna sebuah celurit, yang tadinya hanya untuk “mencarok” atau melukai lawan oleh sebab perselisihan karena lawan jenis, atau persoalan keluarga yang turun-temurun. Namun lebih kepada ilmu pengetahuan dan Matahari akan mengesahkan… yaitu masa depan yang cerah dan jauh lebih baik ketika kita dapat lebih memanfaatkan ilmu pengetahuan tersebut.
Pada kalimat ia jadi mengerti : wangi yang menunggunya di seberang. Tempat seberang yang dimaksud adalah kepulauan Jawa yang berseberangan dengan Madura, dimana Pulau Jawa dianggap lebih subur, tanahnya tidak berwarna merah dan gersang seperti di Madura, dimana keadaan ekonomi lebih menguntungkan masyarakatnya, itulah yang dimaksud wangi oleh si pengarang.
Meski ia menyesal namun gelombang masih ditolak singgah ke dalam dirinya. Mengandung artian bahwa rasa iri hati dan dendam dengan kelebihan yang dimiliki pulau seberang namun dia menyesal memiliki perasaan tersebut karena tidak ada gunanya dan berusaha mengendalikannya.
Dalam puisi yang berjudul “Celurit Emas”  sesungguhnya penyair membuat dengan unsur-unsur yang sangat menarik karena didalamnya memiliki unsur kebudayaan dan keilmuan namun disajikan dalam gaya bahasa yang berbeda.
Dalam puisi celurit emas ini terdapat beberapa kata yang menarik, hal tersebut dikarenakan adanya kata – kata seperti: bebunga, bergila ,bersenyuman itu bukan lah kata – kata atau bahasa yang umum kita jumpai dalam bahasa sehari – hari kita. Karena kosakata tersebut selain dimulai dengan ber-, namun pada kata bebunga, huruf r yang dihilangkan menjadi pemaknaan sendiri. Karena beberapa kata tadi adalah kata – kata pengulangan yang khas dan dapat kita jumpai di daerah Madura, dari hal tersebut kita dapat mengetahui bahwa Zawawi juga dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Termasuk dengan pengulangan Roh – roh, pura – pura, nisan – nisan, halaman – halaman mengandung maksud untuk mempertegas makna puisi tersebut. Selain itu pemilihan kata dalam puisi ini juga unik dan juga terdapat pemakaian bahasa kiasan, dari bermacam – macam hal yang kita temukan dalam puisi ini salah satu unsure yang kita rasakan dan menjadikannya berbeda dari puisi lain adalah Zawawi turut membawa unsur budaya Madura sebagai salah satu ciri khasnya melalui karyanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar